Habib Hasan bin Ahmad Baharun
Dia dikenal sebagai seorang ahli bahasa Arab, dan pendiri Pondok Pesantren
Darullughah Wadda’wah, Raci, Pasuruan. Dialah Habib Hasan bin Ahmad
Baharun.
Setiap bulan Ramadhan tiba, Pondok
Pesantren Darullughah Wadda’wah, Raci, Pasuruan selalu mengadakan
program belajar kilat Bahasa Arab. Kesempatan untuk mempelajari bahasa
Arab ini mengundang ratusan peminat tidak saja dari kalangan santri,
namun juga diikuti oleh mahasiswa dan mahasiswi dari berbagai
universitas yang ada di Jawa Timur, seperti dari Surabaya, Malang,
Madura dan lain-lain.
Memang Bahasa Arab di
Indonesia sampai sekarang dianggap sebagai bahasa yang sulit, dan
walaupun mayoritas orang Indonesia tidak bisa berbicara dengan
menggunakan bahasa Arab. Dengan mengikuti program belajar kilat, setiap
santri mempelajari bahasa Arab dengan metode khusus dari awal bulan
sampai akhir Ramadhan. Dalam waktu yang singkat setiap santri mampu
berkomunikasi bahasa arab yang benar (fushah).
Yang
mengajar program ini adalah Habib Hasan bin Ahmad Baharun, pria
kelahiran Kepulauan Kecil, Sumenep, Madura 11 Juni 1934. Ia dikenal
sebagai pendiri Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah yang terletak di
Desa Raci, Bangil, Pasuruan Jawa Timur.
Dia
dikenal sebagai seorang ahli bahasa Arab. Ustadz Hasan bin Ahmad Baharun
dari masa mudanya telah diilhami oleh rasa cinta untuk menyebarluaskan
bahasa Arab. Niat beliau tiada lain adalah kecintaan dan menjalankan
perintah baginda Nabi Muhammad saw sebagaimana sabdanya, ”Belajarlah
kalian bahasa Arab dan ajarkanlah kepada umat manusia.”
Sumbangsih
Habib Hasan terhadap dunia Bahasa Arab bisa kita lihat dalam
karya–karya tulisnya, antara lain Kamus Al-‘Ashriyah (Kamus Modern),
Kitab Muhawarah I, Kitab Muhawarah II, Al-Af’al Al-Yaumiyyah dan Al-Asma
Ál-Yaumiyyah. Kitab-kitab yang dikarangnya itu merupakan kitab-kitab
yang cukup populer di dunia pesantren dan perguruan tinggi Islam.
Ia
selalu menasehati kepada santri-santrinya untuk selalu berbicara bahasa
arab dengan niat mengikuti (ittiba’) dan meneruskan bahasa yang keluar
dari mulut Nabi Muhammad SAW. Karena bahasa arab adalah bahasa Al-Qur’an
yang suci dan bahasa ahli surga. Semangatnya dalam mensyiarkan bahasa
Arab tertanam sejak berusia muda. Ia selalu berpindah-pindah dari
pesantren ke pesantren lain, dari madrasah ke madrasah lain. Beliau
selalu memperkenalkan kepada para pelajar cara belajar bahasa arab
dengan mudah dan gampang di mengerti serta di pahami terutama bagi para
pemula.
Dalam pengajaran nya beliau selalu memperkenalkan yang
pertama kali adalah: isim, fiil dan huruf. Beliau selalu berkata,”
Bahwa bahasa arab tidak keluar dari tiga unsur diatas, itu semua
dilakukan agar orang-orang gemar dan tidak merasa sulit dalam belajar
bahasa Arab.”
Sejarah Kelahiran dan Silsilah Ust. Hasan Baharun
Al
Habib Hasan Baharun lahir di Sumenep pada tanggal 11 Juni 1934 dan
merupakan putra pertama dari empat bersaudara dari Al Habib Ahmad bin
Husein dengan Fathmah binti Ahmad Bachabazy.
Adapun silsilah dzahabiyah yang mulia dari beliau adalah Al Habib Hasan Bin Ahmad bin Husein bin Thohir bin Umar Bin Baharun
Sejarah Masa Kanak-kanak Ust . Hasan Baharun
Sejak
kecil kedisiplinan dan kesederhanaan telah ditanamkan oleh kedua orang
tua beliau sehingga mengantarkannya tumbuh menjadi sosok pribadi yang
mempunyai akhlaq dan sifat yang terpuji.
Sejarah Pendidikan Ust. Hasan Baharun
Pendidikan
agama selain diperoleh dari bimbingan kedua orang tuanya ia dapatkan
dari Madrasah Makarimul Akhlaq Sumenep dan dari kakeknya yang dikenal
sebagai ulama besar dan disegani di Kabupaten Sumenep yaitu Ustadz
Achmad bin Muhammad Bachabazy. Setelah kakeknya meninggal dunia beliau
menimba ilmu agama dari paman-pamannya sendiri yaitu Ust. Usman bin
Ahmad Bachabazy dan Ust. Umar bin Ahmad Bachabazy. Semangat belajar Ust.
Hasan
Baharun sejak kecil memang dikenal rajin dan ulet, bahkan apabila bulan
Ramadhan tiba beliau belajar semalam suntuk, mulai sehabis tadarrus
sampai menjelang shubuh. Beliau belajar dan mendalami ilmu-ilmu agama
khususnya ilmu fiqih serta menjadi murid kesayangan Al-Faqih Al-Habib
Umar Ba’aqil Surabaya.
Disamping pendidikan
agama beliau juga menuntut pendidikan ilmu umum mulai dari Sekolah
Rakyat (SR / setingkat SD), Pendidikan Guru Agama (PGA) 6 tahun dan
hanya sampai di kelas 4 karena pindah dan melanjutkan ke SMEA di
Surabaya.
Di
kota pahlawan itu, ia juga berguru pada Habib Umar Ba’agil. Selain
belajar ilmu agama, Habib Hasan sejak usia remaja telah menjadi seorang
aktivis gerakan keislaman. Ia aktif di Persatuan Pelajar Indonesia (PPI)
dan Pandu Fatah Al-Islam di Sumenep.
Setamat
dari SMEA, ia mengikuti ayahnya berdakwah dan sembari berdagang ke
Pulau Masalembu. Keluarga ustadz Hasan Baharun dikenal sebagai keluarga
yang ramah dan suka membantu siapa saja. Apabila ada orang yang tidak
mampu membayar hutangnya, maka disuruh membayar semampunya, bahkan tak
jarang dibebaskan dari seluruh hutang-hutangnya.
Tahun
1966, ia merantau ke Pontianak dan mulai berdakwah dari satu desa ke
desa yang lainnya. Uniknya, selama berdakwah ia selalu membawa
seperangkat pengeras suara agar tidak merepotkan masyarakat dan
kebetulan saat itu alat pengeras suara masih sangat langka. Ia juga
membawa tabir (kain pemisah) untuk menghindari terjadinya ikhtilat
(pencampuran) antara laki-laki dan perempuan dalam setiap pertemuan yang
ia selenggarakan.
Masa Remaja dan Pengalaman Organisasi Ust. Hasan Baharun
Semasa
remaja beliau senang berorganisasi baik Remaja Masjid ataupun
organisasi lainnya seperti Persatuan Pelajar Islam (PII) bahkan beliau
pernah diutus untuk mengikuti Muktamar I PII se-Indonesia yang
diselenggarakan di Semarang. Dan pernah menjabat Ketua Pandu Fatah Al
Islam di Sumenep. beliau aktif pula di partai politik yaitu Partai NU
(Nahdlatul Ulama) dan menjadi jurkam yang dikenal berani dan tegas
menyampaikan kebenaran. Dan di Pasuruan menjabat sebagai Ketua Majlis
Ulama Indonesia ( MUI ) sampai akhir hayat beliau.
Perjalanan dan Konsep Dakwah Ust. Hasan Baharun
Setelah
menamatkan sekolah beliau sering mengikuti ayahnya ke Masalembu untuk
berda’wah sambil membawa barang dagangan. Keluarga Ustadz Hasan pada
saat itu dikenal ramah dan ringan tangan, apabila ada orang yang tidak
mampu membayar hutangnya disuruh membayar semampunya bahkan dibebaskan.
Sifat-sifat inilah yang diwarisi beliau yang dikenal apabila berdagang
tidak pernah membawa untung karena senantiasa membebaskan orang-orang
yang tidak mampu membayarnya.
Dan
pada waktu berkeliling menjajakan dagangan beliau dikenal suka membantu
menyelesaikan permasalahan dan konflik yang terjadi dimasyarakat serta
senantiasa berusaha mendamaikan orang dan tokoh-tokoh masyarakat yang
bermusuhan.
Pada
tahun 1966 beliau merantau ke Pontianak berda’wah keluar masuk dari
satu desa ke desa yang lainnya dan melewati hutan belantara yang penuh
lumpur dan rawa-rawa namun dengan penuh kesabaran dan ketabahan semua
itu tidak dianggapnya sebagai rintangan . Dengan penuh kearifan dan
bijaksana dikenalkannya dakwah Islam kepada orang-orang yang masih awam
terhadap Islam. Dan alhamdulillah dakwah yang beliau lakukan mendapat
sambutan yang cukup baik dari masyarakat ataupun tokoh-tokoh lainnya. Di
setiap daerah yang beliau masuki untuk berdakwah beliau senantiasa
bersilaturahmi terlebih dajhulu kepada tokoh masyarakat dan ulama/kyai
setepat untuk memberitahu sekaligus minta izin untuk berdakwah di daerah
tersebut sehingga dengan budi pekerti, akhlaq dan sifat-sifat yang
terpuji itulah masyarakat beserta tokohnya banyak yang simpati dan
mendukung terhadap dakwah yang beliau lakukan.
Pada
waktu melakukan dakwah beliau senantiasa membawa seperangkat peralatan
pengeras suara (Loadspeaker/Sound System) yang pada saat itu memang
masih langka di Pontianak sehingga dengan hal itu tidak merepotkan yang
punya hajat/mengundangnya untuk mencari sewaan pengeras suara. Dan tak
lupa pula beliau membawa satir/tabir untuk menghindari terjadinya
ikhtilat (percampuran) antara laki-laki dan perempuan dan perbuatan
maksiat/dosa lainnya yang akan menghalang-halangi masuknya hidayah Allah
SWT., sedangklan pahala dakwah yang beliau lakukan belum tentu diterima
Allah SWT.
Berdagang
yang beliau lakukan adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan
dijadikan sarana pendekatan untuk berdakwah kepada masyarakat.
Kedermawanan dan belas kasihnya kepada orang yang tidak mampu
menyebabkan dagangannya tidak pernah berkembang karena keuntungannya
diberikan kepada masyarakat yang tidak mampu serta membebaskan orang
yang tidak mampu membayarnya. Selain itu pula beliau mempunyai keahlian
memotret dan cuci cetak film yang beliau gunakan pula sebagai daya tarik
dan mengumpulkan massa untuk didakwahi, karena pengambilan hasil
potretan yang beliau lakukan sudah ditentukan waktunya, sehingga aabila
mereka sudah berkumpul sambil menunggu cuci cetak selesai waktu menunggu
tersebut diisi dengan ceramah dan tanya jawab masalah agama.
Selain
berdakwah beliau aktif pula di partai politik yaitu Partai NU
(Nahdlatul Ulama) dan menjadi jurkam yang dikenal berani dan tegas di
dalam menyampaikan kebenaran sehingga pada saat itu sempat diperiksa dan
ditahan. Namun pada saat itu masyarakat akan melakukan demonstrasi
besar-besaran apabila beliau tidak segera dikeluarkan dan atas bantuan
pamannya sendiri yang saat itu aktif di Golkar membebaskan beliau dari
tahanan. Dan tak lama setelah kejadian tersebut, sekitar tahun 1970 atas
permintaan dan perintah dari ibundanya, beliau pulang ke Madura dan
disuruh untuk berdakwah di Madura atau di Pulau Jawa saja. Namun karena
kegigihan beliau selama 2 tahun masih tetap aktif datang ke Pontianak
untuk berdakwah walaupun telah menetap di Jawa Timur.
Pada
tahun 1972 beliau mengajar di Pondok Pesantren Gondanglegi Malang
mengembangkan Bahasa Arab, sehingga pondok Gondanglegi pada saat itu
terkenal maju dalam bidang Bahasa Arabnya.
Sejarah Pendirian Pondok dan Perkembangannya
Ma’had
ini didirikan pada tahun 1981 di Bangil dengan menempati sebuah rumah
kontrakan. Dengan penuh ketelatenan dan kesabaran Ust. Hasan Baharunn
mengasuh dan mendidik para santrinya, sehingga mendapat kepercayaan dari
masyarakat dan dalam waktu yang relative singkat jumlah santri
berkembang dengan pesat.
Selain
membina santri putra, pada tahun 1983 pondok ini menerima santri putri
yang berjumlah 16 orang yang bertempat di daerah yang sama. Dan pada
tahun 1984 lokal pemondokan santri menempati sampai sebanyak 13 rumah
kontrakan.
Atas
petunjuk Musyrif Ma’had Darullughah Wadda’wah Abuya Sy. Muhammad Alwi
Al-Maliki Al-Hasani, pada tahun 1985 Pondok Pesantren Darullughah
Wadda’wah dipindah ke Desa Raci.
Kesuksesan
Ust. Hasan Baharun dalam berdakwah dan membangun Pondok Pesantren
Darullughah Wadda’wah tidak lepas dari peran besar dari seorang wanita
sholihah yang sudah terdidik dan terlatih kesabaran, kegigihan serta
ketegarannya dalam menghadapi kehidupan oleh ayahandanya Al-Habib
Muhammad Al-Hinduan, beliau adalah Syarifah Khodijah binti Muhammad
Al-Hinduan, istri tercinta yang senantiasa dengan penuh ketabahan dan
kesabaran mendampingi pahit getirnya perjuangan serta senantiasa
memberikan semangat bagi sang suami. Bahkan jiwa besar dan perjuangannya
ditunjukkan oleh ustadzah ketika Ust. Hasan membutuhkan dana untuk
pondok maka ustadzah dengan senang hati menjual seluruh barang-barang
berharga dan semua perhiasan yang dimilikinya bahkan yang mengandung
kenangan dan sejarah dijualnya pula.
Pada
tanggal 23 Mei 1999 M bertepatan tanggal 8 Shafar 1420 H beliau
berpulang ke rahmatullah, kemudian estafet kepemimpinan dilanjutkan oleh
putra beliau Al Ustadz Ali Zainal Abidin bin Hasan Baharun.
Pada
tahun 2006 dibuka Pondok Pesantren II Darullughah Wadda’wah yang
berlokasi di Desa Pandean Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan yang
sekarang ditempati 334 santri putra untuk tingkat i’dadiyah dan kelas I
dan II ibtida’iyah.
Metode Pengkaderan dan Pendidikan Putra-putra Beliau
Dalam
mendidik putra-putranya beliau sangat disiplin dan memperlakukan
putra-putranya seperti santri-santri pada umumnya. Putra-putra beliau
disuruh tinggal di asrma/kamar santri, peraturan yang berlaku untuk
santri juga diberlakukan untuk putra-putra beliau, seperti piket
menyapu, mengepel, membersihkan kamar mandi dan lain sebagainya. Dan
apabila ketahuan ada santri memberi hadiah - uang atau membantu /
menggantikan piketnya maka putra beliau dan santri yang membantu
tersebut akan diberikan sanksi. Apabila putra beliau melanggar peraturan
pondok akan menerima sanksi 2 kali lipat. Sehingga dengan kedisiplinan,
kesederhanaan serta kemandirian yang ditanamkan oleh beliau
alhamdulillah putra-putra beliau berhasil mengikuti jejak beliau menjadi
ahli ilmu dan terjun di dunia pendidikan dan dakwah. Bahkan untuk
mengikat dan memberikan motivasi, beliau mengatakan kepada
putra-putranya bahwa mereka tidak berhak menggunakan fasilitas pondok
apabila tidakturut serta membantu pondok.
Pemikiran dan Konsep konsep Pendidikan Ust. Hasan Baharun
Secara
singkat akan kami uraikan beberapa pemikiran dan konsep-konsep
pendidikan yang dapat kami tangkap dari ungkapan dan ide-ide serta
realitas yang beliau jalankan dalam mengelola lembaga pendidikan dan
pondok pesantren antara lain.
Sasaran yang diutamakan dan mendapat perhatian khusus dari beliau adalah
-
Putra para kyai dan para habaib khususnya yang memmpunyai pondok
pesantren dan majlis ta’lim, hal ini dilakukan karena mereka sudah jelas
ditunggu oleh ummat dan sebagai proses pengkaderan agar mereka bisa
menjadi penerus orang tua mereka memimpin pondok pesantren.
-
Putra-putra daerah yang disana jarang ada ulama/kyai/ustadz, sehingga
diharapkan nanti bisa pulang kembali untuk berdakwah menyebarkan Islam
dan merintis lembaga pendidikan/majlis ta’lim.
-
Putra aghniya, yang dengan masuknya putra mereka di pondok dengan
beberapa pertimbangan diantaranya diharapkan perhatiannya terhadap
Islam/pondok pesantren lebih besar dan sebagai wasilah masuknya dakwah
kepada orang tua mereka, menyelamatkan harta mereka serta sebagai bentuk
subsidi silang terhadap santri yang tidak mampu.
- Putra-putri dari orang-orang yang pernah berjasa dalam perintisan pondok.
Hubungan Ust. Hasan Baharun dengan Ulama
Abuya
Ust Hasan Baharun dikenal sangat supel dan luwes dalam menjalin
hubungan dengan semua kalangan. Beliau mampu menjalin hubungan dan
memelihara hubungan tersebut dengan baik hal ini terlihat bahwa beliau
mampu melibatkan berbagai elemen masyarakat dalam perjuangan dan dakwah
Islam serta mengajak mereka berpartisipasi dalam perintisan dan
pembangunan pondok pesantren, baik itu tokoh masyarakat dari kalangan NU
maupun tokoh-tokoh Muhammadiyah. Dan di Pasuruan beliau secara aklamasi
di tunjuk sebagai ketua MUI walaupun beliau memberikan syarat kalau
pertemuan MUI harus di Pondok Darullughah Wdda’wah, hal ini menunjukkan
betapa kuatnya pengaruh Ust. dikalangan para Ulama Pasuruan. Hal ini
sangat wajar karena beliau juga selain hubungan pribadi juga beliau
meluangkan waktunya untuk membantu mengajar bahasa Arab di berbagai
pondok besar mulai dari Banyuwangi sampai ke Jawa Tengah. Adapun
hubungan beliau dengan ulama-ulama luar negeri, terutama dengan ulama
besar Timur Tengah sekilas dapat kami unkapkan sebagai berikut:
• Hubungan dengan Abuya Sy. Muhammad bin Alwi Al Maliki Al Hasani
Hubungan
Abuya Ust. Hasan Baharun dengan Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki bermula
sejak beliau ditunjuk untuk menjadi penerjemah ceramah dalam kunjungan
dan silaturrahmi Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki ke beberapa pondok
pesantren di Jawa Timur. Abuya Sayyid Muhammad sangat tertarik dengan
kemampuan Bahasa Arab dan Kepribadian Ust. Hasan Baharun sehingga setiap
kunjungan ke Jawa Timur beliau menjadi langganan sebagai penerjemahnya.
Bahkan Abuya Ust. Hasan dipercaya untuk mengajar Bahasa Arab istri
Abuya Sayyid Muhammad sebelum diajak ke Makkah Al-Mukarromah. Dengan
pandangan hati Abuya memerintah Ust. Hasan untuk membuka pondok
pesantren serta setelah perkembangan pondok cukup pesat beliau pula yang
menyuruh agar pondok yang asalnya mengontrak rumah di Bangil agar
pindah ke lokasi di Desa Raci Kecamatan Bangil (lokasi pondok sekarang)
dan memberi dana pertama untuk membangun pondok Raci. Selanjutnya Abuya
Ust Hasan sering ke Mekkah berziarah ke kediaman beliau dan sekaligus
untuk mencari dana. Sambutan yang luar biasa diberikan oleh Sayyid
Muhammad dan beliau sendiri yang menulis surat kepada para
aghniya/memberikan memo agar membantu pembangunan pondok Dalwa.
Menurut
penuturan Abuya Ust. Hasan Baharun bahwa apabila beliau ke Makkah
beliau memperlakukan dirinya sebagai santri Abuya Sayyid Muhammad dan
mengakui bahwa Sayyid Muhammad adalah guru beliau di samping Al-Habib
Abdul Qodir Bin Ahmad Assegaff. Walaupun demikian Abuya Sayyid Muhammad
memberikan penghormatan kepada Ust. Hasan sebagai ulama bahkan beliau
diberi ruang khusus serta dilengkapi dengan telepon untuk memudahkan
urusan.
Dan
untuk mempererat hubungan yang telah terjalin Abuya Ust Hasan mengirim
putranya Al-Habib Zain Bin Hasan Baharun dan beberapa santri Dalwa untuk
belajar pada Abuya Sayyid Muhammad serta beberapa Alumni Sayyid
Muhammad yang di Jawa Timur oleh Ust Hasan diminta untuk mengajar di
Ma’had Dalwa seperti Ust. Ihya Ulumuddin, Ust Ahmad Bin Husin Assegaff,
Ust. Abdul Hadi Surabaya, Ust. Sholeh Al-Idrus, Ust Muhammad Al-Haddad,
Ust. Abdullah Mulahelah (Malang), Ust. Hilmi, Ust. Amir Syarifudin, Ust.
Abdullah Umar, dan lain sebagainya. Demikian pula Abuya Sayyid Muhammad
mempunyai perhatian yang besar terhadap ma’had Dalwa selain para
santrinya yang berasal dari kawasan Jawa Timur (Probolinggo, Pasuruan,
Malang Sidoarjo, Surabaya dan Gresik) dianjurkan untuk mengajar di
Ma’had Dalwa, beliau juga senantiasa memberikan bantuan dan mengawasi
perkembangannya.
• Hubungan dengan Ulama Hadromaut
Hubungan
Ustadz Hasan Baharun dengan ulama Hadromaut bermula ketika beliau
berziarah ke Hadromaut dan bertemu dengan para ulama disana. Melihat
tradisi salaf dan keilmuan yang ada di Hadramaut maka beliau tertarik
untuk mengirimkan santri-santrinya ke beberapa ribath (pondok) yang
dipimpin para masyayikh di sana. Sehingga hubungan antara Ust. Hasan
dengan para ulama Hadramaut Yaman semakin baik sampai kewafatan beliau
bahkan diteruskan oleh penerusnya (Ust. Zain Hasan Baharun) sampai
sekarang.
Hubungan dengan Para Pejabat / Pemerintah
Hubungan
Ust. Hasan dengan para pejabat dilatar belakangi karena urusan lembaga
pendidikan, sebab sebuah lembaga tidak akan bisa berdiri sendiri tanpa
keterlibatan instansi dan pihak lain terutama dengan instansi
pemerintah. Oleh karena itu beliau menjalin kerjasama dengan pemerintah
dalam kerangka kepentingan pondok dan kepentingan dakwah serta
perjuangan bukan termotivasi atas kepentingan pribadi.
Beliau
mampu menempatkan diri sebagai ulama yang harus dalam posisi terhormat,
berwibawa, perlu dimintai fatwa dan ditaati sarannya sehingga beliau
tetap mulia walaupun ada tudingan miring yang diarahkan kepada beliau
namun beliau dapat menunjukkan kedekatan dengan para pejabat semata-mata
dalam rangka dakwah, hal ini terbukti bahwa posisinya sebagai ketua MUI
sangat diperhitungkan. Setiap Acara di Kabupaten Pasuruan layaknya
kegiatan di pesantren, dan ada pemisahan antara putra-dan putri, serta
acara di pendopo tidak akan dimulai kecuali beliau sudah datang ketempat
acara. Bahkan ada yang bilang bahwa “Bupati Pasuruan adalah Bupatinya
Ust. Hasan”.
Sebuah
contoh keberhasilan dakwah beliau di kalangan pejabat adalah mereka
senantiasa berkonsultasi dan minta pendapat beliau apabila ada
permasalahan di masyarakat. Dan juga beliau mampu menciptakan
kegiatan-kegiatan keagamaan di beberapa instansi strategis misalnya
dengan secara rutin mengadakan acara pengajian di Kantor Kodim, Sholat
taubat/tasbih secara rutin dengan pihak Kapolres yang melibatkan seluruh
anggota Kapolsek se-Kabupaten Pasuruan.
Beliau
dapat pula mengontrol setiap kebijakan publik yang ditetapkan
pemerintah walaupun sulitnya bersikap, karena saat itu dominasi dan
kuatnya pengaruh pemerintahan orde baru, namun Al-hamdulillah beliau
mampu berkiprah semaksimal mungkin untuk kepentingan masyarakat dan kaum
muslimin.
Hubungan dengan Masyarakat Umum
Disela-sela
kesibukan yang sangat padat Ust.. Hasan Baharun sangat perhatian dengan
masyarakat umum, terutama tokoh-tokoh masyarakat, apabila ada waktu
beliau senantiasa menyempatkan diri bersilaturrahmi walaupun hanya
sebentar dan beliau siap menerima segala keluhan masyarakat selama dua
puluh empat jam bahkan seluruh lapisan masyarakat sangat mudah menemui
beliau di kantor pondok karena sepanjang hari mulai pukul 02.00 malam
sampai pukul 10 malam berada dikantor untuk melayani kepentingan santri,
wali murid dan masyarakat umum. Hal ini terbukti setiap hari dan setiap
saat banyak masyarakat yang datang bersilaturrrahmi mulai yang datang
untuk bertanya masalah hukum agama, minta barokah do’a, minta bantuan
biaya sekolah, bantuan pembangunan masjid dan lembaga pendidikan dan
sosial, minta biaya pengobatan bahkan ada beberapa yang secara rutin
disuruh datang untuk mengambil jatah kebutuhan yang ditanggung oleh
beliau.
Perhatian Ust. Hasan Baharun terhadap Pengembangan dan Penyebaran Bahasa Arab
Ust.
Hasan Baharun mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap
pengembangan dan pengembangan Bahasa Arab. Selain Beliau banyak
mengarang kita-kitab yang berhubungan dengan Bahasa Arab seperti Kamus
Bahasa Dunia Al ‘Ashriyyah, Muhawarah Jilid I dan II, Qawa’idul I’rab,
Kalimatul Asma’ Al Yaumiyyah dan Kalimatul Af’al Al Yaumiyyah, 40
Kaidah-kaidah Nahwu (Pengantar Ilmu Nahwu) serta beliau mewajibkan
seluruh santri dan para guru untuk senantiasa menggunakan Bahasa Arab.
Disamping
mengembangkan Bahasa Arab di pondok pesantren beliau sendiri, juga
mengajar secara rutin di beberapa pondok pesantren, seperti di Pondok
Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, Pondok Pesantren Salafiyah
Syafi’iyah Asembagus Sukorejo Situbondo, Pondok Pesantren Sidogiri
Pasuruan, Pondok Pesantren Langitan Tuban, dan di beberapa pondok
pesantren lainnya mulai dari Banyuwangi sampai ke Jawa Tengah.
Adapun bentuk perhatian beliau terhadap Bahasa Arab :antara Lain
o Beliau
sering mengisi seminar-seminar di berbagai perguruan tinggi dan pondok
pesantren serta berbagai lembaga pendidikan untuk menjelaskan pentingnya
Bahasa Arab.
o Mengirim beberapa guru dan santri untuk mengajar khusus Bahasa Arab di beberapa lembaga pendidikan Islam dan pondok pesantren.
o Menerima
dan mengadakan kursus Bahasa Arab secara gratis di Pondok Pesantren
Darullughah yang terbuka untuk umum serta beliau menangani sendiri
setiap ada rombongan kursus dari pondok-pondok dan perguruan tinggi.
o Senantiasa
memberikan motivasi kepada para ulama/kyai untuk membiasakan berbahasa
Arab. Dan menyarankan agar mewajibkan santrinya berbahasa Arab.
o Senantiasa menyuruh guru-guru untuk mengarang hal-hal yang berhubungan dengan bahasa Arab.
o Mengawasi
guru-guru agar menerangkan pelajaran dengan bahasa Arab dan menegurnya
apabila diketahui menjelaskan pelajaran di kelas dengan menggunakan
bahasa selainnya.
Cita – Cita Besar Ust. Hasan Baharun
Beberapa
bulan sebelum beliau wafat sering mengungkapkan cita-cita besar beliau
yaitu ingin membuat organisasi yang dapat menyatukan Ummat Islam. Karena
beliau berpendapat bahwa dengan persatuan Ummat Islam banyak hal yang
bisa dilakukan. Bahkan ketika ada perrtemuan Ulama di Jakarta dan beliau
berhalangan hadir beliau menitip surat kepada Ust Qosim Baharun yang
mewakilinya untuk membacakan surat tersebut sebagai usulan dari beliau
yaitu agar para ulama menggagas Organisasi Persatuan Habaib, Ulama,
Kiyai, Santri dan para simpatisan dalam ikatan satu wadah non politik
yang tujuannya murni untuk kepentingan Ummat Islam. Bahkan beliau
berjanji sanggup meninggalkan pondok dan menyerahkan urusan pondok
kepada putranya Al-Habib Zain Baharun sedangkan beliau sendiri ingin
bersilaturrrahmi ke para Ulama di seluruh nusantara untuk
mensosialisasikan ide besar dan mulia tersebut.
Sifat-Sifat Dan Kisah-Kisah Keteladanan Abuya Ust. Hasan Baharun
Beberapa
sifat yang menonjol Ust. Hasan yang sudah sangat makruf di kalangan
santri, dan guru-guru, kalangan habaib dan masyarakat yang sering
berkomunikasi dengan beliau sebagai seorang figur ulama sebagai pewaris
nabi betul-betul beliau mewarisi sifat-sifat sikap dan perjuangan
Datuknya Al-Musthofa Nabi Muhammad SAW. Dan Agar kita lebih jelas akan
dipaparkan sifat-sifat tersebut serta contoh-contoh sebagian peristiwa
serta kehidupan beliau sehingga kita dapat meniru sifat dan sikap
keteladanan beliau yang juga senantiasa ditanamkan bagi santri-santrinya
adalah sebagai berikut ;
• Sabar
Adapun
salah satu sifat yang menonjol pada diri beliau adalah sifat sabar.
Kesabaran Ust Hasan sangat dikenal oleh semua kalangan baik santri,
dewan guru, pejabat dan orang-orang yang mengenal beliau, Sifat
kesabarannya sangat luar biasa sebagaimana kesaksian dan cerita yang
dilukiskan oleh Ayahandanya sendiri Al-Habib Ahmad bin Husein Baharun:
“Hasan itu sangat sabar, kalau saya marahi walaupun dia tidak salah
tidak pernah menjawab dan apabila difitnah dan diganggu orang tidak
pernah membalas dan hanya kepada saya dia menceritakan agar didoakan
sehingga diberikan kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi cobaan dan
fitnahan tersebut.“ Begitu menurut penuturan Hb. Ahmad Baharun pada
waktu Ust. Hasan menghadap ilahi. Kesabaran beliau sulit dilukiskan baik
dalam membina dan membimbing santri serta menghadapi kenakalan santri
dan orang-orang yang mengganggu pondok.
Ust.
Hasan dalam menghadapi orang-orang yang memfitnah dan mengganggu pondok
justru mereka diberi hadiah dan berulang kali bahkan membantu urusan
mereka seakan-akan beliau tidak tahu bahwa orang tersebut mengganggunya.
Suatu
kisah pada waktu zaman reformasi ada orang datang memberi tahu kepada
beliau bahwa dia akan membawa orang sebanyak 2-3 truk untuk
menghancurkan dan membumi hanguskan rumah orang yang mengganggu pondok
namun beliau malah mencegahnya karena hal itu tidak pernah dilakukan
oleh Rosulullah SAW.
Adapun cerita-cerita tentang kesabaran Ust Hasan banyak sekali sehingga tidak mungkin untuk diungkapkan disini.
• Istiqomah
Sifat
Istiqomah Ust Hasan Baharun sudah tidak diragukan salah satu tanda dari
sifat tersebut tercermin pada aktifitas beliau sehari-hari karena
beliau bangun setiap pukul 02.00 malam kemudian Qiyamullail dan
membangunkan santri dan Asatidzah pada pukul tiga malam bahkan untuk
menjaga keistiqomahan tersebut mewajibkan santri yang menjaga malam di
pintu gerbang untuk membangunkan tepat pukul dua malam dan di pos jaga
tesebut tertulis diantara tugas/kewajiban penjaga malam wajib
membangunkan Ust. Hasan tepat pada pukul 02. 00 ( tidak boleh lebih atau
kurang ).
Suatu
ketika beliau datang dari Makkah / Timur Tengah namun masih mampir di
Jakarta karena masih ada urusan yang harus diselesaikan dan bermalam di
salah satu rumah wali santri di Bekasi (di rumah Haji Yusuf) dan tampak
tanda-tanda bahwa beliau dalam keadaan sangat lelah, maka untuk menjaga
agar beliau tidak terlambat bangun beliau berpesan kepada H. Yusuf untuk
membangunkannya pada pukul 02.00 dan juga menelpon ke santri yang
menjaga maktab agar mengingatkan Haji Yusuf supaya membangunkan tepat
pukul 02.00 malam dan tidak cukup itu saja beliau masih memberi tahu ke
pos jaga agar juga mengingatkan H. Yusuf sebelum jam 02.00 untuk
membangunkan Ust. Hasan. Begitulah salah satu contoh kesungguhan beliau
dalam menjaga keistiqomahan tersebut.
• Tawakkal
Abuya
Ust. Hasan mempunyai jiwa tawakkal yang luar biasa sebagai suatu
gambaran dari sifat ketawakkalan beliau adalah bahwa ketika beliau
mempunyai rencana untuk membangun gedung asrama santri berlantai tiga
pada waktu awal-awal terjadinya krisis moneter dengan dana awal sekitar
lima juta rupiah dan ketika sahabat beliau datang ke maktab
mengungkapkan rencana tersebut barangkali bisa membantu, namun orang
tersebut justru bertanya dengan nada terheran-heran: “Ya Ustadz,
bagaimana dengan dana yang sedikit itu antum akan membangun bangunan
sebesar itu? Apalagi sekarang Indonesia dalam krisis moneter!” Kemudian
apa kata beliau, “Ya Ustadz, yang krisis itu kan Indonesia, negara lain
khan tidak! Apalagi Allah, apakah Allah kenal krisis moneter?” Sebuah
umpan balik dan argumen yang luar biasa, kemudian beliau melanjutkan
kata-katanya, “Kalau kita punya rencana maka kita jangan sekali-kali
mengukur dengan kemampuan kita, apabila kitamengukur dengan kemampuan
kita maka hasilnyapun Allah akan memberikan sesuai dengan kemampuan
kita, tetapi apabila kita mengukur dengan kemampuan Allah maka
kemampunnya tiada terbatas dan yakinlah bahwa selama kita berniat
memperjuangkan Agama Allah bahwa Allah itu akan menolong kita,” Inilah
diplomasi yang menggambarkan betapa tingginya tingkat ketawakkalan
beliau.
Bahkan
apabila mau membangun beliau justru menghabiskan segala uang yang
tersisa dan membagikan kepada fakir miskin sebagi pancingan datangnya
rahmat dan pemberian Allah dan beliau mengibaratkan orang mancing maka
apabila pancing dan umpannya besar maka akan memperoleh ikan yang besar
pula. Hal ini sering diungkapkan pula ketika ada panitia pembangunan
masjid dan Lembaga Pendidikan Islam bahwa apabila berniat ingin
membangun maka disarankan tidak perlu khawatir pembangunan tersebut
tidak selesai dan menyuruhnya membongkar/ memulai pembangunan tersebut
tanpa menunggu terkumpulnya dana untuk pembangunan karena menurut beliau
bahwa pembangunan masjid dan LPI tersebut merupakan proyek Allah SWT.
dan Insya-Allah pasti selesai tinggal menata niat panitia serta berusaha
semaksimal mungkin sebagai sunnatullah dan harus disertai dengan banyak
berdo’a.” Begitulah saran-saran beliau kepada para takmir dan panitia
yang datang minta saran dan sumbangan kepada beliau.
• Dermawan dan Sangat Perhatian terhadap Fakir Miskin dan Anak Yatim
Kedermawanan
yang ada pada beliau tumbuh dan berkembang sejak beliau karena hal
tersebut sudah ditanamkam oleh aba dan kakeknya sebagaimana kisah-kisah
sebelumya sehingga beliau tumbuh dan berkembang mempunyai jiwa sosial
terutama memiliki kepedulian kepada para ffakir-miskin dan anak yatim.
Bentuk kepedulian terhadap mereka diantaranya adalah bahwa kebiasaan
belia membagikan hadiah pakaian hari raya, beras dan kebutuhan
sehari-hari, membagikan daging kurban kepada para tetangga pondok,
famili beliau yang tidak mampu, serta kepada orang-orang yang datang
minta bantuan, mulai pengobatan sampai pada biaya sekolah anak-anak
mereka kepada orang yang tak mampu.
• Ikhlas
Sebagaimana
sering diungkapkan oleh beliau dalam menasehati para santri dan para
guru agar senantiasa menata niat dalam setiap tindakan dan amal yang
akan dilakukan. Hal ini merupakan cerminan dari kepribadian beliau yang
senantiasa menjadikan keikhlasan sebagai pondasi dari setiap amaliah
yang beliau laksanakan, termasuk pendirian pondok. Sebagai sebuah bukti
dari keikhlasan beliau ketika ada guru-guru yang mengusulkan agar
membuat papan nama pondok di tepi jalan beliau tidak langsung
mengabulkan permintaan tersebut. Namun karena beberapa kali guru-guru
tetap mengusulkan dengan alasan banyak wali santri yang tidak tahu
lokasi pondok dan sering kesasar dan bingung mencari alamat pondok, baru
tersebut dikabulkan tiga tahun sebelum beliau wafat.
Demikian
pula beliau dalam rekrutmen/seleksi guru-guru, maka yang pertama kali
dilihat adalah keikhlasannya. Para guru baru yang mau mengajar di
pondok, diuji tingkat keikhlasannya, bahkan beliau tidak memperhatikan
selama satu tahun. Karena beliau berpendapat bahwa apabila gurunya tidak
ikhlas akan menularkan ilmu yang tidak ikhlas pula.
• Tawadlu’
Walaupun
beliau sebagai ulama besar yang dihormati dan disegani, baik di dalam
maupun di luar negeri, dan kebesaran beliau diakui oleh Sayyid Muhammad
sehingga pada saat beliau datang ke Mekkah di majlis ta’lim Sayyid
Muhammad diberikan kesempatan untuk memberikan sambutan / taujihat pada
jamaah haji dan para ulama sedunia yang berkumpul di majlis tersebut,
dan juga dalam acara haul Nabiyullah Nuh AS di Yaman beliau senantiasa
mengelak ketika diminta untuk memberikan sambutan, tetapi pada kunjungan
yang terakhir beliau mau memberikan sambutan namun tetap dengan sikap
tawadlu’ beliau mengatakan bahwa tidak bermaksud memberikan nasehat
kepada yang hadir yang kebanyakan terdiri dari para ulama dan auliya’,
tetapi nasehat tersebut ditujukan untuk santri-santri beliau yang
belajar di sana.
Beliau
senantiasa menunjukkan sikap tawadlu’ dalam kehidupan sehari-hari dan
sama sekali tidak menunjukkan bahwa beliau adalah orang besar. Siapapun
tamu yang datang dilayani dengan ramah bahkan apabila menyajikan makanan
beliau sering mengangkat sendiri sajian makanan dari dapur dan
menyuguhkannya kepada para tamu.
Diantara
doa yang menunjukkan sikap dan sifat tawadlu’nya tersebut dengan
senantiasa memanjatkan do’a agar beliau dan putra-putra serta
murid-muridnya dijadikan orang-orang yang memiliki kebesaran tetapi
tersembunyi (minal masturiin).
• Kesederhanaan Pribadi Ust. Hasan
Apabila
orang bertemu dengan Ust. Hasan Baharun dan orang tersebut sebelumnya
belum mengenal beliau maka orang tersebut tidak akan menyangka bahwa ust
Hasan adalah Ulama besar yang sangat dihormati dan disegani karena
beliau memang mempunyai penampilan yang sangat sederhana, pakaian yang
dipakai sehari-hari di dalam pondok dan ketika keluar pondok biasa-bisa
saja yaitu memakai gamis dan kopyah putih tanpa imamah dan rihda kecuali
apabila beliau akan menyampaikan ceramah atau menghadiri
majlispertemuan yang harus menampilkan sebagai sosok untuk menjaga
kehormatan dan kebesaran serta kewibawaan Ulama. Maka beliau akan
berpakain lengkap dengan jubah kebesarannnya.
Selain
kesederhanaan dalam berpakaian beliau juga memiliki kesederhanaan dalam
pola kehidupan sehari-hari, banyak orang yang tertarik dan menaruh
simpati kepada beliau ketika membandingkan fasilitas pondok yang serba
lengkap dan baik dengan rumah beliau yang atapnya rusak dan sering bocor
karena tidak sempat untuk diperbaiki serta perabot rumah tangga yang
semuanya serba biasa-biasa saja, hal ini sudsah menjadi pilihan beliau
yang lebih terkonsentrasi memikirkan bagaimana memenuhi fasilitas
santri.
Kesaksian Dan Komentar-komentar Ulama, Tokoh Masyarakat dan Dewan Guru tentang Ust. Hasan Baharun
Kesaksian Para Ulama, Pejabat dan tokoh masyarakat tentang utadz Hasan baharun antara Lain adalah sebagai berikut :
1. Kesaksian Abuya Syd. Muhammad Bin Alawi Al-Maliki Makkah
Kesaksian
Abuya Sayyid Muhammad ini sering terlontar ketika beliau mengajar
murid-muridnya, beliau mengatakan bahwa: “Apabila kamu ingin mencontoh
kesabaran, jiwa perjuangan dan tawakkal, maka contohlah Ustadz Hasan
Baharun.”
2. Kesaksian Habib Umar Bin Hafidh Hadlramaut Yaman
“Ustadz
Hasan adalah orang pertama yang membuka kembali hubungan antara Yaman
dan Indonesia setelah terputus puluhan tahun lamanya dan beliau yang
mulai mengirimkan santrinya untuk belajar di Yaman sehingga semua pahala
orang yang belajar ke Yaman akan kembali pahalanya kepada Al-Alim
Al-Allamah Adda’i Ilallah Al-Ustadz Hasan Baharun.” Demikian penuturan
Habib Umar Bin hafidz di depan para santri dan ulama dalam ziarohnya di
Pondok Raci 2 tahun setelah wafatnya Ust. Hasan
3. Kesaksian Ust. Al Habib Ahmad bin Husein Assegaf Bangil
“Ustadz
Hasan Adalah Putra tebaik sejawa timur darii keturunan Sadah Ba”alawi “
unkapan ini terlontar ketika beliau memberikan sambutan pada acara
pemakaman Ust. Hasan.
4. Kesaksian Ust. Sholeh Bin Sahl Jalan Jawa Pasuruan
“Seandainya
kamu tahu bahwa ada orang besar di Pasuruan niscaya kamu tidak akan
mendatangi saya.” Dan setelah beberapa hari kemangkatan Ustadz Hasan
beliau mengungkapkan kembali kepada tamu-tamunya bahwa yang memegang
Pasuruan telah tiada.
5. Kesaksian Bupati Pasuruan (Bpk Dade Angga)
“Walaupun
Saya baru kenal terhadap Ust. Hasan seakan-akan sudah lama mengenalnya
beliau itu ibarat, Saudara, teman, Orang tua dan Guru saya yang
senatiasa menegur dan senantiasa memberikan nasihat yang sangat
berharga.”
Selain
berdakwah, Habib Hasan aktif di partai Nahdlatul Ulama. Ia dikenal
sebagai juru kampanye (jurkam) yang berani dan tegas dalam menyampaikan
kebenaran. Sehingga, ia sempat diperiksa dan ditahan oleh aparat
keamanan. Pada saat itu, masyarakat akan melakukan demostrasi
besar-besaran apabila tidak dikeluarkan. Atas jaminan dan bantuan salah
satu pamannya, akhirnya Habib Hasan dibebaskan.
Sekitar
tahun 1970, atas permintaan dan perintah dari ibunya ia pulang ke
Madura. Namun, ia masih sempat berdakwah ke Pontianak dan mengajar
bahasa arab di Pesantren Gondanglegi (Malang). Selain itu, ia juga
mengajar di pondok pesantren Sidogiri (Pasuruan), Salafiyah
Asy-Syafi’iyah (Asembagus, Situbondo), Langitan (Tuban) dan lain-lain.
Dari
hubungan dengan yang harmonis dengan berbagai pondok pesantren yang ada
di Jawa Timur di atas, ini yang memudahkan Habib Hasan bin Ahmad
Baharun mendirikan pesantren tepatnya tahun 1982. Awalnya ada 6 orang
santri yang belajar di rumah sewa di Kota Bangil, Kabupaten Pasuruan.
Dengan
sarana dan prasarana yang sangat sederhana para santri tersebut dibina
langsung olehnya dan Habib Ahmad As-Saqqaf. Perkembangan selanjutnya,
pada tahun 1983 membuka atau menerima santri putri yang berjumlah 16
orang yang bertempat di daerah yang sama. Keadaan (tempat pondok
pesantren) terus berpindah-pindah tempat dan sampai 11 kali kontrak
rumah hingga tahun 1984.
Dengan jumlah santri
yang terus berkembang serta tempat (rumah sewa) tidak dapat menampung
jumlah santri, maka pada tahun 1985 Pondok Pesantren Darullughah
Wadda’wah pindah ke sebuah desa yang masih jarang penduduknya dan belum
ada sarana listrik, tepatnya di Desa Raci, Kecamatan Bangil. Jumlah
santri pada waktu itu sebanyak 186 orang santri yang terdiri dari 142
orang santri putra dan 48 orang santri putri.
Setelah Ustad Hasan bin Ahmad Baharun wafat pada 8 Shafar 1420 H atau 23 Mei 1999, pondok ini kemudian disasuh oleh salah satu anaknya, yakni Habib Zain bin Hasan bin Ahmad Baharun yang merupakan murid asuhan Almarhum Buya Habib Muhammad bin ‘Alawi bin ‘Abbas al-Maliki.
Hingga
saat ini lahan yang ada telah mencapai kurang lebih 4 Ha dan telah
hampir terisi penuh oleh bangunan sarana pendidikan dan asrama santri
dengan jumlah santri sekitar 1500 yang berasal dari 30 propinsi di
Indonesia, negara-negara Asia Tenggara dan Saudi Arabia. Santri-santri
dibina oleh tidak kurang 100 orang guru dengan lulusan/alumni dalam dan
luar negeri. Ditambah dengan pembantu yang diikutkan belajar sebanyak
sekitar 95 orang.
Shalawat dari Habib Hasan Ahmad Baharun ”semoga sholawat ini bermaafaat untuk dunia dan akhirat bagi sang pengamal".
Tawasul
kepada: Rasulullah, Nabi Sulaiman, Nabi khidir, Khulafaurrasidin Abu
Bakar – Umar – Ustman – Ali, Malaikat Muqorobin jibril – mikail – Isroil
– Isrofil, syekh abdul qodir al jailani, syekh abil hasan
asy-syadziliy, syekh ahmad ali al bunni, habib ali bin abubakar as
sakran, habib alwi haddad, Habib Hasan Ahmad Baharun, sunan kalijogo,
sunan bonang, sunan gunung jati, org tua kita, Man ajazani
Artinya:
Ya Allah Ya Tuhanku, Limpahkanlah sholawat ta’dhzimMu Atas Junjungan Maulana Muhammad Sebaik-baik makhluk ciptaanMu Sholawat yang dengan keberkatannya Engkau selamat sejahterakan kami Juga ahli keluarga kami, anak-anak kami Kaum kerabat kami, orang yang kami cintai Guru-guru kami, murid-murid kami Rekan handai taulan kami, tetangga kami Engkau selamat sejahterakan Segala rumah kediaman kami, masjid kami Ma’had kami, madrasah kami,Ladang kami, pejabat tempat kerja kami, Sekalian tempat kami dan segala harta-benda kami, Dari bahaya gempa bumi dan pergerakannya Dari bahaya hujan, angin, petir dan sebagainya Dari bahaya kereta, kapal terbang, kapal laut dan lain kenderaan Dari bahaya wabah, bala bencana, malapetaka dan seumpamanya Dari bahaya jin, manusia, hewan, thoghut, syaitan dan tipuannya Dari bahaya jatuh, binasa, terbakar, tenggelam dan segala musibah. Dari bala` pada urusan agama, dunia dan akhirat Kabulkanlah Yaa Ilahi Demi tuah Junjungan Nabi Pilihan al-Musthofa Limpahkanlah juga sholawat Ke atas ahli keluarga dan para sahabat baginda Bersama-sama salam kesejahteraan yang sempurna
Mudah-mudahan
sholawat ini dijadikan wasilah untuk mengajukan permohonan bagi
kesejahteraan diri, ahli keluarga, harta benda dan kaum muslimin
sekaliannya dari segala bala bencana, malapetaka, kemalangan, wabak
penyakit, kezaliman bahaya hujan dan sebagainya.
|
Posting Komentar untuk "Habib Hasan bin Ahmad Baharun"