Hukum Memperbarui Akad Nikah (Tajaddud Nikah)
Berikut adalah beberapa hukum dari memperbarui akad nikah, yaitu:
1.Pendapat pertama Memperbolehkan tanpa sanksi atau resiko
“Sesungguhnya persetujuan murni suami atas akad nikah yang kedua (memperbarui nikah), bukan merupakan pengakuan habisnya tanggung jawab atas nikah yang pertama, dan juga bukan merupakan kinayah dari pengakuan tadi. Dan itu jelas. Sedangkan apa yang dilakukan suami di sini (dalam memperbarui nikah) semata-mata untuk memperindah atau berhati-hati.” (Tuhfat al-Muhtaj juz 7 halaman 391)
(Hasyiyat al-Jamal ‘ala al-Manhaj juz 4 halaman 245)
Syarh al-Minhaj li Syihab Ibn Hajr juz 4 halaman 391)
========================
2. Pendapat kedua memperbolehkan tapi ada resiko
Menurut pendapat yang kedua yaitu akan mengharuskan bayar mahar yang kedua kali dan seterusnya, dan akan mengurangi pada talak, kalau saja tajaddud sampai tiga kali maka sang perempuan menjadi ba'in kubro, seperti yang dijelaskan dalam kitab:
1.Hasyiyat al-Jamal ‘ala al-Manhaj juz 4 halaman 245
2. Al-Anwar li A’mal al-Abrar juz 2 halaman 156 dan juz 7 halaman 88)
3. Anwar Ardabili
Fathul Bari Li Ibnu Hajar, Juz : 13 Hal : 199
Qurratul ‘Ain Bi Fatawi Isma’il Az-Zen, Hal :148
Menyikapi dua pendapat ini para guru kita ulama kita mayoritas rata-rata mengambil pendapat yang kedua, dengan pertimbangan:
1. لاختصاصه بمزيد الاحتياط bahwa pernikahan itu sesuatu yang paling harus lebih hati hati.
2. pernikahan adalah menghalalkan yang sangat diharamkan.
3. agar kita tidak main main dengan akad nikah.,
Tambahan:
Pendapar yang kedua boleh digunakan apabila ada darurat seperti sudah tiga kali tajaddud nikah tapi tetap masih melanjutkan pernikahan dan sulit kalau harus nikah lagi apalagi yang syaratnya itu harus memakai muhallil.
1.Pendapat pertama Memperbolehkan tanpa sanksi atau resiko
أَنَّ مُجَرَّدَ مُوَافَقَةِ الزَّوْجِ عَلَى صُورَةِ عَقْدٍ ثَانٍ مَثَلاً لاَ يَكُونُ اعْتِرَافًا بِانْقِضَاءِ الْعِصْمَةِ اْلأُولَى بَلْ وَلاَ كِنَايَةَ فِيهِ وَهُوَ ظَاهِرٌ إِلَى أَنْ قَالَ وَمَا هُنَا فِي مُجَرَّدِ طَلَبٍ مِنْ الزَّوْجِ لِتَجَمُّلٍ أَوْ احْتِيَاطٍ فَتَأَمَّلْهُ
“Sesungguhnya persetujuan murni suami atas akad nikah yang kedua (memperbarui nikah), bukan merupakan pengakuan habisnya tanggung jawab atas nikah yang pertama, dan juga bukan merupakan kinayah dari pengakuan tadi. Dan itu jelas. Sedangkan apa yang dilakukan suami di sini (dalam memperbarui nikah) semata-mata untuk memperindah atau berhati-hati.” (Tuhfat al-Muhtaj juz 7 halaman 391)
وعبارته: لأن الثاني لايقال له عقد حقيقة بل هو صورة عقد خلافا لظاهر ما في الأنوار ومما يستدل به على مسئلتنا هذه ما في فتح الباري في قول البخاري إلي أن قال قال ابن المنير يستفاد من هذا الحديث ان إعادة لفظ العقد في النكاح وغيره ليس فسخا للعقد الأول خلافا لمن زعم ذلك من الشافعية قلت الصحيح عندهم انه لايكون فسخا كما قاله الجمهور إهـ
(Hasyiyat al-Jamal ‘ala al-Manhaj juz 4 halaman 245)
إن مجرد موافقة الزوج على صورة عقد ثان مثلا لا يكون إعترافا بانقضاء العصمة الأولى بل ولاكناية فيه وهو ظاهر لأنه مجرد تجديد طلب من الزوج لتجمل أو إحتياط فتأمل
Syarh al-Minhaj li Syihab Ibn Hajr juz 4 halaman 391)
========================
2. Pendapat kedua memperbolehkan tapi ada resiko
Menurut pendapat yang kedua yaitu akan mengharuskan bayar mahar yang kedua kali dan seterusnya, dan akan mengurangi pada talak, kalau saja tajaddud sampai tiga kali maka sang perempuan menjadi ba'in kubro, seperti yang dijelaskan dalam kitab:
1.Hasyiyat al-Jamal ‘ala al-Manhaj juz 4 halaman 245
2. Al-Anwar li A’mal al-Abrar juz 2 halaman 156 dan juz 7 halaman 88)
3. Anwar Ardabili
وَلَوْ جَدَّدَ رَجُلٌ نِكَاحَ زَوْجَتِهِ لَزِمَهُ مَهْرٌ آخَرُ ِلأَنَّهُ إِقْرَارٌ بِالْفُرْقَةِ وَيَنْتَقِضُ بِهِ الطَّلاَقُ وَيَحْتَاجُ إِلَى التَّحْلِيْلِ فِى الْمَرَّةِ الثَّالِثَةِ
Fathul Bari Li Ibnu Hajar, Juz : 13 Hal : 199
حدثنا أبو عاصم، عن يزيد بن أبي عبيد، عن سلمة، قال: بايعنا النبي صلى الله عليه وسلم تحت الشجرة، فقال لي: يا سلمة ألا تبايع؟، قلت: يا رسول الله، قد بايعت في الأول، قال: وفي الثاني
وقال بن المنير : يستفاد من هذا الحديث أن إعادة لفظ العقد في النكاح وغيره ليس فسخا للعقد الأول خلافا لمن زعم ذلك من الشافعية قلت الصحيح عندهم أنه لا يكون فسخا كما قال الجمهور
Qurratul ‘Ain Bi Fatawi Isma’il Az-Zen, Hal :148
حكم التجديد النكاح
سؤال : ما حكم تجديد النكاح ؟
الجواب: أنه إذا قصد به التأكيد فلا بأس به لكن الأولى تركه والله أعلم
تجديد عقد النكاح لا يوجب مهرا جديدا
سؤال : ماقولكم فيمن جدد نكاحه فهل يجب عليه أو يسن أن يعطيها الصداق مرة ثانية لذكره في العقد الجديد أولا سواء طلقها الزوج بعد ذلك أو لا ؟
الجواب : لايجب عليه أن يجدد صداقا وتجديد صيغة عقد النكاح فإنما هي للتأكيد والأولى
والله سبحانه وتعالى أعلم
Menyikapi dua pendapat ini para guru kita ulama kita mayoritas rata-rata mengambil pendapat yang kedua, dengan pertimbangan:
1. لاختصاصه بمزيد الاحتياط bahwa pernikahan itu sesuatu yang paling harus lebih hati hati.
2. pernikahan adalah menghalalkan yang sangat diharamkan.
3. agar kita tidak main main dengan akad nikah.,
Tambahan:
Pendapar yang kedua boleh digunakan apabila ada darurat seperti sudah tiga kali tajaddud nikah tapi tetap masih melanjutkan pernikahan dan sulit kalau harus nikah lagi apalagi yang syaratnya itu harus memakai muhallil.
والله اعلم بالصواب.
Posting Komentar untuk "Hukum Memperbarui Akad Nikah (Tajaddud Nikah)"