Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Etika Dalam Berhubungan Suami Istri Menurut Ajaran Islam

Adab atau etika dalam ajaran islam amatlah lengkap. Dari tata cara beribadah, bermu'amalah atau berhubungan dengan sesama atau makhluk lainnya bahkan juga etika dalam berumah tangga, baik hubungannya dengan suami atau istri atau kedua-keduanya. Semua itu dijelaskan dalam ajaran Islam.

Semua itu untuk kebaikan manusia dan kebahagiaan mereka dalam menjalani kehidupan dunia ini. berikut ini akan dijelaskan beberapa adab tentang tata cara yang dalam dalam berhubungan intim antara suami istri.
آداب الجماع :

للجماع آداب كثيرة ثابتة في السنة النبوية منها مايأتي (1) : تستحب التسمية قبله، ويقرأ { قل هو الله أحد } [الإخلاص:1/112]، ويكبر ، ويهلل، ويقول ولو مع اليأس عن الولد: « باسم الله العلي العظيم، اللهم اجعلها ذرية طيبة، إن كنت قدرت أن تخرج ذلك من صلبي » « اللهم جنِّبني الشيطان، وجنب الشيطان مارزقتني » رواه أبو داود. وينحرف عن القبلة، ولايستقبل القبلة بالوقاع، إكراماً للقبلة. وأن يتغطى نفسه هو وأهله بغطاء، وألا يكونا متجردين (2) فذلك مكروه كما سيأتي.وأن يبدأ بالملاعبة والضم والتقبيل. وإذا قضى وطره، فليتمهل لتقضي وطرها ، فإن إنزالها ربما تأخر. ويكره الإكثار من الكلام حال الجماع، ولايخليها عن الجماع كل أربع ليال مرة بلا عذر. وتأتزر الحائض بإزار مابين السرة والركبة إذا أراد الاستمتاع بها.

(1) المغني: 25/7، إحياء علوم الدين: 46/2 ومابعدها، كشاف القناع: 216/5 ومابعدها، مختصر منهاج القاصدين: ص73، فتح المعين: ص 107،الأذكار للنووي: ص 159، نيل الأوطار: 194/6.

(2) روى ابن ماجه حديثاً عن عتبة بن عبد السُّلمي: « إذا أتى أحدكم أهله، فليستتر، ولايتجردا تجرد العَيْرين » أي الحمارين ( نيل الأوطار: 194/6)

ومن أراد أن يجامع مرة ثانية، فليغسل فرجه، ويتوضأ؛ لأن الوضوء يزيد نشاطاً ونظافة. وليس في السنة استحباب الجماع في ليال معينة كالاثنين أو الجمعة، ومن العلماء من استحب الجماع يوم الجمعة….ويستحب في ليلة الزفاف قبل الجماع أن يأخذ الرجل بناصية المرأة ويقول: «اللهم إني أسألك من خيرها وخير ما جبلتها عليه، وأعوذ بك من شرها وشر ما جبلتها عليه»

ثبت ذلك بحديث رواه ابن ماجه وأبو داود عن عمرو بن شعيب عن أبيه عن جده (نيل الأوطار: 189)

Dalam menjalani hubungan ‘intim’ antara suami istri, islam mengajarkan berbagai macam etika yang telah diatur berdasarkan hadits Nabi, di antaranya:

- Disunahkan membaca BASMALAH sebelum menjalani senggama kemudian membaca “QUL HUWA ALLAAHU AHAD” dilanjutkan dengan membaca takbir (ALLAAHU AKBAR), tahlil (LAA ILAAHA ILLALLAAH) dan disunnahkan meskipun tidak sedang mengharapkan keturunan dari persenggamaannya untuk berdoa:

بسم الله العلي العظيم، اللهم اجعلها ذرية طيبة، إن كنت قدرت أن تخرج ذلك من صلبي » « اللهم جنِّبني الشيطان، وجنب الشيطان مارزقتني

BISMILLAAHIL ’ALIYYIL ‘AZHIIM, ALLAAHUMA IJ’ALHAA DZURRIYYATAN THOYYIBATAN IN KUNTA QADDARTA AN TAKHRUJA DZAALIKA MIN SHULBII, ALLAAHUMMA JANNIBNII AS-SYAITHAANA WA JANNIBIS SYAITHAANA MAA RAZAQTANII

“Dengan menyebut nama Allah yang agung, Ya Allah, jadikanlah ia anak yang baik bila Engkau takdirkan ia lahir dari keturunanku, jauhkanlah aku dari syaitan dan jauhkanlah syaitan dari anak yang akan Engkau karuniakan kepadaku.” (HR. Abu Daud).

- Berpaling dari arah kiblat, jangan menghadap kiblat saat menjalani senggama sebagai bentuk penghormatan pada kiblat.

- Memakai penutup, jangan melakukan persenggamaan dengan telanjang bulat karena ini hukumnya makruh sepert sabda Rasulullah SAW “Jika salah seorang di antara kalian hendak mendatangi istrinya, pakailah penutup dan janganlah kalian berdua telanjang seperti telanjangnya keledai” (HR. Ibn Maajah dalam Nail al-Authaar VI/194).

- Diawali dengan cumbuan, sentuhan dan ciuman.

- Saat seorang suami telah mencapai orgasme, jangan berlalu begitu saja, hantarkan secara perlahan-lahan istrinya dalam mencapai orgasme karena tak jarang pencapaian klimaks seorang wanita datangnya cenderung belakangan.

- Dimakruhkan terlalu banyak pembicaraan saat melakukan senggama.

- Bila tanpa adanya ‘udzur (halangan), jangan biarkan empat hari atau malam sekali berlalu tanpa hubungan badan.

- Saat istri tengah datang bulan, sementara keinginan berhubungan tak dapat tertahankan, untuk menghindari keharaman sebaiknya istri memakai kain penutup pada anggota tubuh antara pusar dan lutut saat mencumbuinya.

- Bagi yang menginginkan mengulangi senggama untuk yang kesekian kalinya sebaiknya terlebih dahulu dicuci kelaminnya, karena hal ini dapat menambah gairah dan dapat menjaga kebersihan.

- Tidak ada anjuran khusus menjalani senggama di malam-malam tertentu seperti malam senin atau jumat namun sebagian ulama ada yang mensunnahkan menjalaninya pada malam jum’at.

- Disunahkan bagi seorang suami pada malam pengantin saat berkeinginan menjalani persenggamaan terlebih dahulu memegang rambut depan (ubun-ubun) istrinya sambil berdoa:

اللهم إني أسألك من خيرها وخير ما جبلتها عليه، وأعوذ بك من شرها وشر ما جبلتها عليه

Allahumma inni as-aluka min khairihaa wa khairi ma jabaltuhaa 'alaiih, wa a'uudzubika min syarrihaa wa syarri maa jabaltuhaa 'alaiih.

“Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada mu kebaikannya (isteri) dan kebaikan apa yang saya ambil dari padanya, serta aku berlindung kepadaMu dari kejahatannya dan kejahatan apa yang aku ambil dari padanya" (HR. Ibn Majah dan Abu Dawud dari Umar Bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, dalam Nail al-Authaar VI/189).

Referensi: Al-Mughni VII/25, Ihyaa’ ‘Uluumiddiin II/46, Kisyaf alQana’ V/216, Mukhtashar Minhaj alQaashidiin hal. 73, Fath al-Mu’iin hal. 107, al-Adzkaar li an-Nawaawi hal. 159 dan Nail al-Authaar VI/194. [ Al-Fiqh al-Islaam IV/194-195 ].

Wallaahu A’lamu Bis Shawaab.

Posting Komentar untuk "Etika Dalam Berhubungan Suami Istri Menurut Ajaran Islam"