Hukum Mendesah dan Merintih Saat Senggama
Ada Ikhtilaf ulama seputar hukum merintih saat melakukan senggama, Sebagian ulama membolehkan dan sebagian lainnya memakruhkan.
2. Di dalam pendapat lain: Berkata Malik, Tidak mengapa mendesah pada saat jimak, Beliau berpendapat, Mendesah adalah suatu kebodohan jika dilakukan di luar jimak, karena hal tersebut termasuk aib bagi pelakunya/yang dicirikan buruk atas pelakunya.
3. Dan berkata Ma'n Bin Eisa: Bahwa Ibn Sirin Dan Atha Dan Mujahid, Semuanya memakruhkan mendesah pada saat jimak.
4. Berkata Atha: Barang siapa yang keluar darinya desahan, maka bertakbirlah empat kali takbir.
5. Dan berkata Mujahid: Pada saat Allah menjatuhkan iblis ke bumi, Iblis mendesah dan mendengus, Maka dilaknatlah orang yang mendesah dan mendengus, terkecuali sesuatu yang dapat keringanan dalam desahan ialah pada saat jimak.
6. Imam Nafi' Bin Jabir Bin Muth'im R.A ditanya Mengenai hal ini tentang mendesah pada saat jimak. Maka Beliau berkata: Adapun desahan adalah boleh, Akan tetapi aku mengambil kesimpulan dari hal tersebut adalah dengusan seperti halnya dengusan kuda.
7. Adapun Abdullah Bin Umar R.A Meringankan desahan pada saat jimak.
8. Dan pernah seorang perempuan bertanya kepada Atha Bin Abi Rabah: Ia berkata, Sesungguhnya suamiku memerintahkanku mendesah pada saat jimak, Beliau menjawab "Taatilah suamimu!".
9. Dan diceritakan dari Makhul bahwa Rasulullah Melaknat Pendengus pria maupun wanita terkecuali Endalwiqo' / pada saat jimak. Hal ini disebutkan oleh Abu Bakar Dalam Ahkamulwath. Wallaahu a'lam. [Mujaawib: Kyai Abdullah Afif]
10. Dan berkata Abul Hasan bin Al-Qaththan dalam kitab Ahkamun Nisa': Tidak dimakruhkan
Berikut pendapat para ulama tentang hukum mendesah dan merintih saat senggama
1. Dikatakan oleh Al-Qadi dalam Kitab Al-Jami': Berkata Abul Hasan Bin Atthar Dalam Kitab Ahkamunnisa, "Dimakruhkan bagi perempuan mendesah pada saat dan ketika jimak. Dan tidak dimakruhkan bagi laki laki, mendesah bagi pria boleh hal ini dikeluarkan dari kemakruhan.2. Di dalam pendapat lain: Berkata Malik, Tidak mengapa mendesah pada saat jimak, Beliau berpendapat, Mendesah adalah suatu kebodohan jika dilakukan di luar jimak, karena hal tersebut termasuk aib bagi pelakunya/yang dicirikan buruk atas pelakunya.
3. Dan berkata Ma'n Bin Eisa: Bahwa Ibn Sirin Dan Atha Dan Mujahid, Semuanya memakruhkan mendesah pada saat jimak.
4. Berkata Atha: Barang siapa yang keluar darinya desahan, maka bertakbirlah empat kali takbir.
5. Dan berkata Mujahid: Pada saat Allah menjatuhkan iblis ke bumi, Iblis mendesah dan mendengus, Maka dilaknatlah orang yang mendesah dan mendengus, terkecuali sesuatu yang dapat keringanan dalam desahan ialah pada saat jimak.
6. Imam Nafi' Bin Jabir Bin Muth'im R.A ditanya Mengenai hal ini tentang mendesah pada saat jimak. Maka Beliau berkata: Adapun desahan adalah boleh, Akan tetapi aku mengambil kesimpulan dari hal tersebut adalah dengusan seperti halnya dengusan kuda.
7. Adapun Abdullah Bin Umar R.A Meringankan desahan pada saat jimak.
8. Dan pernah seorang perempuan bertanya kepada Atha Bin Abi Rabah: Ia berkata, Sesungguhnya suamiku memerintahkanku mendesah pada saat jimak, Beliau menjawab "Taatilah suamimu!".
9. Dan diceritakan dari Makhul bahwa Rasulullah Melaknat Pendengus pria maupun wanita terkecuali Endalwiqo' / pada saat jimak. Hal ini disebutkan oleh Abu Bakar Dalam Ahkamulwath. Wallaahu a'lam. [Mujaawib: Kyai Abdullah Afif]
10. Dan berkata Abul Hasan bin Al-Qaththan dalam kitab Ahkamun Nisa': Tidak dimakruhkan
Referensi:
- Al Inshaf 264-265:
وقال القاضي في الجامع قال أبو الحسن بن العطار في كتاب أحكام النساء ويكره نخرها عند الجماع وحال الجماع ولا نخره وهو مستثنى من الكراهة في غيره.
وقال مالك لا بأس بالنخر عند الجماع وأراه سفها في غير ذلك يعاب على فاعله.
وقال معن بن عيسى كان بن سيرين وعطاء ومجاهد يكرهون النخر عند الجماع.
وقال عطاء من انفلتت منه نخرة فليكبر أربع تكبيرات.
وقال مجاهد لما أهبط الله إبليس إلى الأرض أن ونخر فلعن من أن ونخر إلا ما أرخص فيه عند الجماع.
وسئل نافع بن جبير بن مطعم رضي الله عنه عن النخر عند الجماع فقال أما النخر فلا ولكن يأخذني عند ذلك حمحمة كحمحمة الفرس.
وكان عبد الله بن عمر رضي الله عنهما يرخص في النخر عند الجماع.
وسألت امرأة عطاء بن أبي رباح فقالت إن زوجي يأمرني أن أنخر عند الجماع فقال لها أطيعي زوجك.
وعن مكحول لعن رسول الله عليه أفضل الصلاة والسلام الناخر والناخرة إلا عند الوقاع ذكر ذلك أبو بكر في أحكام الوطء.
وقال مجاهد لما أهبط الله إبليس إلى الأرض أن ونخر فلعن من أن ونخر إلا ما أرخص فيه عند الجماع.
وسئل نافع بن جبير بن مطعم رضي الله عنه عن النخر عند الجماع فقال أما النخر فلا ولكن يأخذني عند ذلك حمحمة كحمحمة الفرس.
وكان عبد الله بن عمر رضي الله عنهما يرخص في النخر عند الجماع.
وسألت امرأة عطاء بن أبي رباح فقالت إن زوجي يأمرني أن أنخر عند الجماع فقال لها أطيعي زوجك.
وعن مكحول لعن رسول الله عليه أفضل الصلاة والسلام الناخر والناخرة إلا عند الوقاع ذكر ذلك أبو بكر في أحكام الوطء.
Posting Komentar untuk "Hukum Mendesah dan Merintih Saat Senggama"